Wednesday, August 25, 2010

Yang Pertama

Di awal bulan Agustus 2010 ini, sebuah kejadian yang tak mudah ku lupakan. Aku tak tahu apakah harus menyesal atau sedikit lega, karena rasa penasaran ku berkurang. Lewat Chatting aku temukan seorang Om yang memberikan perhatian yang lebih dari teman-teman chattingku yang lain. Sebut saja Om Alex namanya. Aku merasa nyaman meluapkan perasaan yang mengganjal dalam pikiranku. Om Alex tinggal di kota sebelah. Di kota itu pula aku mengambil kuliah S1 untuk bidang pendidikan yang aku sukai dari kecil.

Setelah beberapa hari aku berkenalan denga Om Alex, kami bertukar nomor HP, hubungan kami berlanjut, lebih dari sekedar chatting, karena masing-masing telah mengetahui nomor HP. Aku memang belum mengenal Om Alex secara langsung. Maka rasa penasaran ku muncul, dan ingin segera mengetahui bagaimana Om Alex sebenarnya, mencari tahu tinggal dimana Om Alex sebenarnya. Hingga akhirnya ia mengajak aku tuk bertemu langsung dengannya. Aku menolak , aku takut juga nantinya terjadi apa-apa denganku. Aku takut Om Alex akan berbuat yang tidak-tidak padaku. Namun setelah Om Alex meyakinkan aku bahwa kita bertemu hanya untuk ngobrol biasa-biasa saja, untuk mengenal diri kita masing-masing, maka aku setuju.

Dihari yang telah ditentukan, Aku bersiap antara rasa takut dan penasaran, setelah aku pertimbangkan lagi maka aku putuskan mengirim pesan pada Om Alex menanyakan tempat kita akan bertemu. Om Alex membalas pesanku, Ia ingin bertemu denganku disebuah tempat di kota tempat tinggalnya. Aku pun nekat datang ke tempat tersebut.. setelah kita bertemu Om Alex mengajakku untuk mengobrol di rumahnya, katanya biar lebih nyaman, maka aku ikuti saja dari belakang.

Om Alex orangnya tampan, badannya tegap, dan terlihat sangat berwibawa. Meski aku tahu aku tertarik padanya, namun masih ada perasaan takut dalam batin ku. Setelah sampai di rumahnya, Om Alex membukakan pintu untukku, Rumahnya tidak terlalu besar namun terlihat sangat asri. Diruang tamu kami saling mengenal diri kita masing-masing. Om Alex tinggal sendirian dirumah itu. Om Alex tidak menceritakan bagaimana ia bisa tinggal sendirian dirumah itu.

Sekitar 15 menit kami saling mengenal satu sama lain, kemudian aku merasa ia selalu melihat ke arah selangkanganku, aku tahu apa maksudnya, maka aku lepas jaket yang aku pakai untuk menutupi bagian itu. “Sepertinya punyamu besar ya..” tiba-tiba tubuhku bergetar setelah mendengar Om Alex berkata seperti itu. Aku tersenyum malu dan grogi. Dari situ pula aku sudah melihat gelagat tak baik dari Om Alex. Aku takut ia akan memperkosa ku. Aku merasa ketakutan pada Om Alex, dan ia pun rupanya mengetahui bahwa aku sedang ketakutan. Setelah 5 menitan Om Alex mencoba menenangkan pikiran ku, akhirnya aku kembali merasa nyaman, Aku tak tahu pasti apa yang ia katakan, namun semua perkataanya sungguh membuatku nyaman. Seakan aku ingin lebih lama didekat Om Alex yang baru ku kenal ini.

“ke kamar Om saja yuk, biar lebih enak ngobrolnya..” kata om Alex. Aku menolaknya, namun ia tidak memberikanku pilihan lain, “ Om akan tunjukan sesuatu padamu, kamu pasti akan suka..” rayu Om alex padaku. Tubuhku seperti tersihir dan tak mampu menolak ajakannya kali ini. Akhirnya sampai juga dikamar Om, “ Kamu butuh perhatian, kamu perlu kasih sayang dari laki-laki dewasa, yang akan membimbingmu dalam kehidupan ini” ucap Om Alex. Aku mengangguk, karena memang itu yang aku butuhkan, dan selama ini tak aku dapatkan dari bapak kandungku sendiri. “Om bisa memberikan perhatian, dan kasih sayang Om padamu, tapi apakah kamu mau ...????” penawaran Om Alex tak mampu aku tolak, Aku membutuhkannya. Kemudian ia merangkul tubuh kecilku, ia usap-usap rambut kepalaku, aku benar-benar merasa damai berada di dekat Om Alex. Namun ia beranjak meninggalkanku, Aku pikir ia akan keluar dari kamar, ternyata aku salah, Om Alex mengunci pintu kamar. Aku merasa gelisah, berada dikamarnya, hanya berdua saja dengannya. “ Om Kok Pintunya dikunci...” Tanyaku. Namun ia tak menjawab pertanyaanku, dan langsung memelukku. Om Alex menciumi leherku, aku merasa geli, dan memintanya untuk berhenti. Namun bukannya berhenti, Om Alex makin liar mencium leherku dan pindah ke telingaku. Tangannya pun tak tinggal diam, ikut meraba-raba seluruh tubuhku. Aku berusaha keras untuk lepas dari pelukannya, Namun aku tak mampu mendorong tubuh besarnya. Ia tak berhenti sampai disitu, Om Alex lalu mencium bibir ku, ini pertama kalinya buatku, aku hanya diam saja. Namun batinku tetap ingin keluar dari kamarnya dan segera pulang ke rumah.

Beberapa saat kemudian Om Alex melepaskan pelukannya, Kemudian ia mencoba melepas pakainnya. “Ini saat yang tepat untuk kabur” pikirku, aku beranjak dari tempat tidur dan berlari kearah pintu, namun sial ketika sampai pintu, aku tak dapatkan kunci pintu itu. “ Om kuncinya mana, Tolong berikan padaku..” pintaku memelas. Namun Om Alex tak memberikan kuncinya padaku. Aku berusaha mendobrak pintu itu, namun aku tak bisa. Om Alex tersenyum, kemudian menghampiriku. Dirangkul lagi tubuhku olehnya yang sudah telanjang bulat, aku takut sekali ia akan memperkosaku. Kemudian aku didorong kembali ke tempat tidurnya, Om Alex mangambil dua buah tali, dan berusaha mengikat kedua tanganku. Aku tidak tinggal diam, aku mencoba melawannya, namun tenagaku tak cukup untuk mengalahkannya.

Om Alex berhasil mengikat kedua tanganku, diikatkan pula tali itu pada dua buah tiang yang ada di ranjangnya. “Om lepasku aku, Om...” Pintaku memohon.. Namun Om Alex tak mempedulikan ku. Dicuiminya tubuhku yang masih berpakaian lengkap dengan liar, tangannya meraba seluruh bagian tubuhku, dan bisikan-bisikan mesumnya membuat aku tak berdaya. Maka aku pasrah saja dan mengikuti apa kemauan Om Alex. Om Alex melepaskan celana panjang beserta CD yang aku kenakan. Ia pegang kemaluanku dengan sedikit gerakan mengocok, maka kemaluan ku pun berdiri tegak meminta untuk dipuaskan.

Kemudian ia memasukan benda kenyalku ke dalam mulutnya, dan menghisapnya secara pelan. Ini pertama kalinya kemaluanku diperlakukan demikian. Aku pasrahkan saja semuanya pada Om Alex. Hingga Om Alex yakin pada ku, dan melepaskan ikatan tanganku. Om alex kemudian melanjutkan Hisapannya pada batangku. Semakin lama semakin kuat saja hisapannya. Aku merasa tak kuat lama-lama diperlakukan demikian apalagi kedua tangannya yang merangsang tubuhku . ditarik-tariknya pentil susuku olehnya. Hisapan Om Alex semakin kuat, ditambah lagi dengan gerakan mengocoknya pada batangku. Hingga akhirnya batangku menembakkan isinya. Lemas tubuhku tak berdaya. Kini giliran Om Alex memainkan batangnya sendiri, aku hanya melihatnya saja. Om Alex memang memintaku melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya kepada batangku. Namun aku menolaknya. Ia pun mengerti bahwa aku sedang kelelahan dan membiarkan ku tiduran disampingnya. Sampai saat ia mengakhiri kegiatannya setelah menembakkan cairan kelaki-lakiannya.

Aku merasa menyesal setelah itu, tadinya memang tak ada niat dariku untuk melakukan hal tersebut. Namun semua telah terjadi. Aku tak bisa memutar waku kembali. Dan Aku tidur dipelukan Om Alex. Aku bahagia sekali bisa tidur dipelukannya. Itu yang selalu aku harapkan dari laki-laki dewasa yang membuatku nyaman untuk selalu didekatnya.

Sorenya aku pulang kerumah. Setelah kejadian pertama itu aku tak lagi berharap untuk mengulangi dengannya. Aku tak lagi berhubungan dengannya sampai saat ini. Aku juga merasa takut Om Alex akan menyebarkan Privacy ku pada orang lain.

Aku ingin sekali keluar dari dunia yang gelap ini. Namun berat buat aku, Selalu saja aku berharap ada pria dewasa lainnya yang mau menyayangiku sampai kapanpun ..........


Jika ingin berteman dengan ku bisa menghubungiku di m_zorro@rocketmail.com

aku gak tahu

Aku tak mengerti kan berakhir dimana nantinya, Apakah rasa ini benar-benar hilang. Atau akan semakin menenggelamkan aku. Biarlah aku berjalan mengikuti arah yang ada didepanku. Yang pasti aku takkan menyerah karena perasaan ini. Aku tetap manusia ciptaan-Nya, yang harus selalu menjalankan kewajibanku terhadap-Nya. Namun aku juga harus bersosialisai sebagaimana manusia pada umumnya dengan manusia yang lain. Itu juga aku harus dilakukan tanpa tercium bahwa aku gay, karena orang-orang disekitarku takkan menerima ku dalam keadaan seperti itu. Mereka tak akan memerimaku jika mereka tahu aku gay.

Dunia maya ini tempatku berkeluh kesah, sedikit membuatku lega, namun tetap juga ada rasa ganjil dalam batinku. Tak apa lah, aku tahu aku gak sendiri. Aku mencari teman lewat dunia maya, Aku mencoba mencari teman guna berbagi rasa, menemukan jalan untukku menentukan langkah selanjutnya . Hingga aku merasa menemukan rasa nyaman untuk bercerita , dan semua yang aku rasakan. Sebagian dari mereka yang telah benar-benar membuatku yakin dan percaya pada mereka, aku berikan no hp ku. Aku gak tahu aku salah apa tidak namun yang ku pikir dengan cara seperti itu maka aku dapat dengan mudah berbagi cerita dengan mereka yang mengalami nasib sama denganku.

Aku merasa mencari perhatian dari laki-laki dewasa yang mampu membimbing ku, aku butuh kasih sayang mereka. Aku merasa mencari mereka, kehangatan pelukan mereka. Gak tahu kapan aku mendapatkannya. Atau mungkin pula aku takkan pernah mendapatkannya...